Monday 5 March 2012

Lancang Kuning

Lancang adalah sebuah perahu dengan ukuran yang berbeda-beda, karena ada yang kecil dan ada pula yang besar, yang jelas lancang adalah alat perhubungan air pada masa lalu. Dalam masyarakat Riau lebih dikenal dengan lancang kuning yang merupakan suatu lambang kebesaran daerah Riau karena itu lancang kuning ditetapkan menjadi lambang dan nyanyi daerah Riau. Adapun cerita lancang kuning adalah berasal dari sebuah kerajaan yang terdapat di bukit batu. Wilayah kabupatin bengkalis. Kerajaan ini di perintah oleh raja yang bernama datuk laksmana perkasa alim serta dibantu dua orang panglima yaitu panglima umar dan panglima hasan. Panglima umar adalah seorang panglima yang dipercayai datuk laksmana perkasa untuk menyelesaikan sesuatu jika terjadi persoalaan dalam kerajaan. Umpamanya jika terjadi perampokan di perairan, setiap tugas dapat diselesaikan dengan baik. 

Pada suatu hari panglima umar menghadap datuk laksmana perkasa untuk menyampaikan hasrat hati yaitu untuk mempersunting zubaidah, seorang gadis negeri itu. Permohonan umar disambu dengan baik oleh datuk laksmana, dengan persetujuan datuk laksmana dilangsungkan pernikahan dan tanda kegembiraan diadakan pesta dan keramaian besar-besaran. Rupanya keparcayaan yang diberikan dan perkawinan panglima umar dengan zubaidah menimbulkan rasa tidak senang bagi panglima hasan, timbul dendam. Hal ini timbul dikarenakan rupanya panglima hasan juga simpati dan mencintai zubaidah itu. Rupanya apa yang diinginkan itu telah di dahului panglima umar. Untuk melepaskan rasa sakit hati panglima hasan mencari akal bagaimana agar zubaidah dapat dimilikinya, maka dengan akal busuknya panglima hasan menyuruh bomo menyampaikan kepada datuk laksmana bahwa dia bermimpi agar datuk laksmana membuat lancang kuning untuk mengamankan semua perairan dari lanun. Apa yang disampaikan pawang bomo diterima oleh datuk laksmana, sehingga lancang kuning dikerjakan siang malam setelah lancang kuning hampir selesai tersebar berita bahwa bathin sanggoro telah melarang para nelayan bukit batu untuk mencari ikan di tanjung jati. 

Dengan adanya berita ini datuk laksmana memerintahkan agar panglima umar berangkat dan menemui bathin sanggoro, sungguh berat hati panglima umar untuk berangkat karena istrinya sedang hamil tua dan tak lama lagi ia akan melahirkan, tapi karena tugas yang sangat penting, semua perasaan itu ditahan, demi kerajaan yang tercinta. Setelah berlayar beberapa hari sampailah panglima umar kepada bathin sanggoro dan di ceritakan semua berita yang tersebar di bukit batu. Mendengar cerita itu bathin sangoro terkejut, karena selama ini dia tidak pernah melarang nelayan bukit batu menangkap ikan di tanjung jati. Mendengar cerita bathin sanggoro panglima umar termenung dan berfikir, apakah karangan yang terjadi di balik peristiwa ini? Melihat keadaan ini lalu bathin sanggoro menganjurkan agar berita ini diselidiki dari mana asal muasalnya, dan di selidiki sewaktu perjalanan pulang. Rupanya apa yang disampaikan bathin sanggoro dituruti panglima umar, sewaktu perjalanan pulang panglima berkeliling, guna mencari siapa yang membuat berita ini, sehingga tidak dirasakannya bahwa perjalanannya sudah satu bulan. Malam ini tepat lima belas hari bulan purnama. Malam itu lancang kuning akan diluncurkan ke laut. 

Dibalai-balai telah banyak pemuka kerajaan dan penduduk negeri untuk menyaksikan peluncuran lancang kuning tersebut. Bermacam-macam hiburan rakyat dipertunjukkan. Semua penduduk negeri bergembira terkecualai zubaidah, karena suaminya panglima umar sudah satu bulan pergi dan sampai saat ini belum juga kembali dan karena itu ia tidak pergi menghadari acara peluncuran lancang kuning kelautan pada malam itu. Setelah semua keparluan peluncuran lancang kuning di siapkan pawang domo memberikan petunjuk kepada datuk laksmana.acara peluncuran di mulai dengan tepung tawar pada dinding lancang kuning, kemudian di lanjutkan panglima hasan dan pemuka masyarakat lainnya. Selesai tepung tawar di lanjutkan dengan pengasapan dan baru lah semua yang hadir diperintahkan supaya berdiri disamping lancang kuning dan semua bunyi-bunyian di bunyikan dan semua yang telah memegang lancang kuning mendorong, tetapi alangkah anehnya, lancang kuning tersebut tidak bergerak sedikit pun hal ini dikerjakan berulang-ulang bahkan tenaga sudah di tambah, namun lancang kuning tidak juga bergerak. Hadirin yang hadir merasa heran dan bertanya-tanya, muka pawang domo merah padam. Pawang domo segera bersembah kepada datuk laksmana dan berkata: ampunkan tuan ku yang mulia! Rupanya lancang kuning tidak bisa di luncurkan jika. . . . jika apa wak domo ? kata datuk laksmana, katakan lah! Jika lancang kunning ingin juga di luncurkan harus ada korban. Korban berapa ekor kerbau yang di perlukan wak domo? Tuan ku yang mulia, bukan kerbau. Wak domo menghampiri datuk laksmana dan membisikkan bahwa kurban yang di perlukan adalah perempuan hamil sulung datuk laksmana tertunduk dan termenung serta berkata kepada pawang domo bahwa agar perluncuran lancang kuning di undurkan saja. 

Setelah sebagian orang pulang, panglima hasan pergi kerumah zubaidah dan di dapatinya zubaidah sedang duduk termenung. Zubaidah terkejut dengan kedatangan panglima hasan sambil berkata: mengapa lagi kau kesini panglima hasan? Berkata panglima hasan: zubaidah apa lagi yang kau tunggu zubaidah? Suami mu tidak akan kembali lagi, kerena itu biar akau yang menjadi ayah anak mu itu! Apa kata mu panglima pengkhianat ? biar saya mati dari pada saya bersuamikan kamu! Apa ? jawab panglima hasan. Jika kamu masih menolak permintaan ku, kamu akan saya jadikan gilingan lancang kuning yang akan di luncuran kelaut. Karena zubaidah tetp menolak permintaan pangliama hasan, maka zubaidah di tarik dan matanya di tutup dengan di bantu oleh pengawalnya, setelah sampai di lancang kuning yang akan di luncurkan, panglima hasan mendorong tubuh zubaidah kebawah lancang kunung dan ketika itu juga panglima hasan memerintahkan supaya lancang kuning di dorong kelaut. Hanya di dorong oleh beberapa orang saja lancang kuning itu meluncur dengan mulus. Setelah lancang kuning sampai di laut tampaklah darah dan daging zubaidah berserakan di tanah dan dan ketika itu turun lah hujan lebat petir dan angin kencang serta bertepatan waktu itu panglima umar merapat ke pelabuhan bukit batu. Setelah perahu di tambatkan di pelabuhan panglima umar langsung kerumah untuk melihat istri dan anaknya yang telah di tinggalkan selama sebulan, tapi setelah sampai di rumah, rumahnya kosong, dipanggilnya zubaidah tetapi tidak ada jawaban. 

Hati panglima sudah mulai gelisah, maka dia berangkat kepelabuhan, di tengah jalan berpapasan dengan panglima hasan, langsung panglima umar bertanya kepadanya, dimana gerangan istri ku, panglima hasan menceritakan, istrinya zubaidah telah di jadikan gilingan lancang kuning oleh datuk laksmana. Mendengar cerita panglima hasan tersebut panglima umar langsung pergi ketempat peluncuran lancang kuning, di dapatinya darah berserakan alangkah sedih hati panglima umar melihat tubuh istrinya itu, di sapunya darah yang ada yang di tanah itu serta di usapkan ke muka serta berkata bahwa dia akan membalas atas kematian istrinya itu kepada datuk laksmana, tetapi baru saja ia berjalan di lihatnya datuk laksmana berjalan kearahnya. 

Setelah mereka bertemu panglima umar langsung menyerang datuk laksmana dengan pedang yang panjang keperut datuk laksmana, tanpa ada pembicaraan sedikit pun, akhirnya datuk laksmana mati ditangan panglima umar, ketika itu juga datanglah pawang domo serta menceritakan segala kejadian yang sebenarnya, bahwa yang menjadikan zubaidah untuk gilingan lancang kuning adalah panglima hasan, tanpa mengulur waktu panglima umar pergi mencari panglima hasan. Dari kejauhan panglima umar melihat panglima hasan sudah bersiap-siap untuk melarikan diri menuju lancang kuning tapi belum sempat melepaskan talinya panglima umar telah sampai, dengan pedang terhunus sambil berkata: nah. . . malam ini. . . engkau atau aku akan mati. 

Dengan di saksikan penduduk mereka berkelahi di atas lancang kuning. Dan akhirnya panglima hasan dapat di tikam panglima umar dan matinya jatuh kelaut. Waktu itu lah panglima umar melihat ke pantai dan berkata kepada orang yang ada di pantai bahwa ia telah membunuh datuk laksmana karena perbuatan panglima hasan dan panglima hasan pun sudah mati di tangannya, kerna itu ia akan pergi dengan lancang kuning untuk selama-lamanya, dan ketika sampai di tanjung jati datanglah ombak besar dan angin topan sehingga lancang kuning tersebut karam dan ia bersama lancang kuning terkubur dalam laut tanjung jati serta kejayaan kerajaan negeri bukit batu berangsur-angsur mundur dan akhirnya tinggal setumpuk rumah saja lagi.

No comments:

Post a Comment