Umumnya pengguna kamera saku, mengeluh hasil foto yg mereka dapatkan
cenderung kurang terang (under exposure), terutama flash photography
(indoor), ini terutama karena pada kamera jenis ini hanya mengandalkan
built-in flash yg rendah intensitas cahayanya, sehingga jangkauan /
coverage areanya terbatas, ditambah kebiasaan memotret pada jarak
maximum jangkauan flash.
Yang sering terjadi adalah:
pada wide angle lens (zoom out max), hanya daerah tengah saja yg cukup cerah, sementara pada bagian tepi / pojok, cenderung lebih gelap, ini dikarenakan keterbatasan coverage area flash (terlepas masalah design lensa, vignetting).
pada lensa tele (zoom in max), cenderung keseluruhan kurang cerah (under), ini disebabkan pada posisi zoom in, bukaan aperture mengecil, sehingga lebih banyak dibutuhkan cahaya, akibatnya jangkauan flash memendek.
Untuk menghindari problem tersebut, kita perlu tahu kemampuan flash kamera, umumnya pada kamera saku hanya diberikan data jangkauan max flashnya, misalnya: wide angle: 3 m, tele: 2 m, pd ISO 100.
Setiap peningkatan 1 stop / double (ISO 200), jarak tersebut meningkat 1,4 kali, 2 stop / quadruple (ISO 400) meningkat 2 kalinya, sebaliknya bila ISO turun ½ nya (ISO 50) menurun 0,7 kali.
Untuk mencegah under exposure, usahakan memotret dalam jarak sebelum / di bawah jangkauan max flash.
Ada beberapa hal yg harus diperhatikan:
1.Gunakan ISO tertinggi utk kondisi cahaya kurang (low light) dan atau utk obyek bergerak (foto sport / action), agar obyek cukup tercahayai, sekaligus “membekukan” gerak.
Kelemahan dgn penggunaan ISO tinggi, terutama pada kamera bersensor kecil ini, adalah peningkatan noise (dlm kamera analog / film, grainy), akibat peningkatan sensitifitas sensor terhadap cahaya dengan cara menaikkan gain amplifier sensornya. Tapi tingkat noise ini (umumnya consumer digicam max ISO 400), masih layak cetak utk ukuran kecil (3-4R), bila anda “alergi” dengan noise / grainy, hindari ISO 400, gunakan max ISO 200.
2.Gunakan flash dgn speed rendah (slow synch flash) agar obyek + backgroundnya cukup tercahayai dengan baik.
Ini terutama berguna untuknight shoot / scene, di mana BG yg gelap, akan cukup tercahayai (cerah), hanya yg perlu diingat, walau menggunakan blitz, krn pada speed rendah, usahakan menjaga kamera + subyek fotonya tetap steady (disarankan meng-gunakan tripod / alternatifnya). Keuntungan lainnya, semakin rendah speednya, semakin lebih natural warna cahaya asli yang terekam (misalnya: warna lampu pijar yg lebih warm).
3.Gunakan nilai (+) EV (exposure compensation) utk “mencerahkan” hasil foto kita.
Keuntungan dengan cara ini, adalah: peningkatan kecerahan tidak dibarengi dengan peningkatan noise, karena cara kerjanya adalah dengan menurunkan speed sampai batas “aman”, di mana speed masih cukup tinggi untuk handheld, bila ini masih belum cukup, maka aperturenya yang akan diperbesar; terkait dengan cara kerjanya, kita harus memperhitungkan akibatnya:
semakin besar nilai (+) EV-nya, semakin rendah speednya, ini tidak cocok untuk “membekukan” gerak obyek, lebih cocok untuk still foto.
bila sampai aperturenya diperbesar, maka DoF-nya akan memendek, tapi hal ini jarang, apalagi mengingat kamera saku digital mempunyai DoF yang “sangat” panjang, kecuali untuk foto macro.
karena kecerahan ini sengaja kita “tambahkan”, maka hindari penggunaannya utk foto dalam jarak dekat / close-up (1 m atau kurang), untuk menghindari over exposure; lebih berguna untuk foto yang mendekati jangkauan max flashnya, agar tidak under exposure hasilnya.
Seberapa besar nilai (+) EV-nya (exposure value) ? tergantung berapa cerah foto yg kita inginkan, kondisi penerangan di lokasi pemotretan, dan jangan lupa sesuaikan dengan ISO setting yg kita gunakan, utk itu lakukan percobaan dulu utk menentukan nilainya.
Umumnya nilai +2/3 - 1 (+0,7 - 1,0) pd ISO 100-200 sudah cukup, pada kondisi tertentu yg membutuhkan tingkat kecerahan tinggi, mungkin baru cukup pd ISO 400 (misalnya: foto group yg terpaksa dilakukan pd jangkauan max flash). Untuk auto ISO setting, perhatikan range ISO-nya, umumnya antara 100-200, 100-400, 50-150, tergantung merk / type kameranya (walau kamera umumnya cenderung memilih ISO terendahnya).
--------------------------
Yang sering terjadi adalah:
pada wide angle lens (zoom out max), hanya daerah tengah saja yg cukup cerah, sementara pada bagian tepi / pojok, cenderung lebih gelap, ini dikarenakan keterbatasan coverage area flash (terlepas masalah design lensa, vignetting).
pada lensa tele (zoom in max), cenderung keseluruhan kurang cerah (under), ini disebabkan pada posisi zoom in, bukaan aperture mengecil, sehingga lebih banyak dibutuhkan cahaya, akibatnya jangkauan flash memendek.
Untuk menghindari problem tersebut, kita perlu tahu kemampuan flash kamera, umumnya pada kamera saku hanya diberikan data jangkauan max flashnya, misalnya: wide angle: 3 m, tele: 2 m, pd ISO 100.
Setiap peningkatan 1 stop / double (ISO 200), jarak tersebut meningkat 1,4 kali, 2 stop / quadruple (ISO 400) meningkat 2 kalinya, sebaliknya bila ISO turun ½ nya (ISO 50) menurun 0,7 kali.
Untuk mencegah under exposure, usahakan memotret dalam jarak sebelum / di bawah jangkauan max flash.
Ada beberapa hal yg harus diperhatikan:
1.Gunakan ISO tertinggi utk kondisi cahaya kurang (low light) dan atau utk obyek bergerak (foto sport / action), agar obyek cukup tercahayai, sekaligus “membekukan” gerak.
Kelemahan dgn penggunaan ISO tinggi, terutama pada kamera bersensor kecil ini, adalah peningkatan noise (dlm kamera analog / film, grainy), akibat peningkatan sensitifitas sensor terhadap cahaya dengan cara menaikkan gain amplifier sensornya. Tapi tingkat noise ini (umumnya consumer digicam max ISO 400), masih layak cetak utk ukuran kecil (3-4R), bila anda “alergi” dengan noise / grainy, hindari ISO 400, gunakan max ISO 200.
2.Gunakan flash dgn speed rendah (slow synch flash) agar obyek + backgroundnya cukup tercahayai dengan baik.
Ini terutama berguna untuknight shoot / scene, di mana BG yg gelap, akan cukup tercahayai (cerah), hanya yg perlu diingat, walau menggunakan blitz, krn pada speed rendah, usahakan menjaga kamera + subyek fotonya tetap steady (disarankan meng-gunakan tripod / alternatifnya). Keuntungan lainnya, semakin rendah speednya, semakin lebih natural warna cahaya asli yang terekam (misalnya: warna lampu pijar yg lebih warm).
3.Gunakan nilai (+) EV (exposure compensation) utk “mencerahkan” hasil foto kita.
Keuntungan dengan cara ini, adalah: peningkatan kecerahan tidak dibarengi dengan peningkatan noise, karena cara kerjanya adalah dengan menurunkan speed sampai batas “aman”, di mana speed masih cukup tinggi untuk handheld, bila ini masih belum cukup, maka aperturenya yang akan diperbesar; terkait dengan cara kerjanya, kita harus memperhitungkan akibatnya:
semakin besar nilai (+) EV-nya, semakin rendah speednya, ini tidak cocok untuk “membekukan” gerak obyek, lebih cocok untuk still foto.
bila sampai aperturenya diperbesar, maka DoF-nya akan memendek, tapi hal ini jarang, apalagi mengingat kamera saku digital mempunyai DoF yang “sangat” panjang, kecuali untuk foto macro.
karena kecerahan ini sengaja kita “tambahkan”, maka hindari penggunaannya utk foto dalam jarak dekat / close-up (1 m atau kurang), untuk menghindari over exposure; lebih berguna untuk foto yang mendekati jangkauan max flashnya, agar tidak under exposure hasilnya.
Seberapa besar nilai (+) EV-nya (exposure value) ? tergantung berapa cerah foto yg kita inginkan, kondisi penerangan di lokasi pemotretan, dan jangan lupa sesuaikan dengan ISO setting yg kita gunakan, utk itu lakukan percobaan dulu utk menentukan nilainya.
Umumnya nilai +2/3 - 1 (+0,7 - 1,0) pd ISO 100-200 sudah cukup, pada kondisi tertentu yg membutuhkan tingkat kecerahan tinggi, mungkin baru cukup pd ISO 400 (misalnya: foto group yg terpaksa dilakukan pd jangkauan max flash). Untuk auto ISO setting, perhatikan range ISO-nya, umumnya antara 100-200, 100-400, 50-150, tergantung merk / type kameranya (walau kamera umumnya cenderung memilih ISO terendahnya).
--------------------------
No comments:
Post a Comment