Ada beberapa macam tradisi kebudayaan melayu :
1. Tradisi Kelahiran
Kelahiran seorang anak telah dipandang oleh orang Melayu sebagai suatu berkah daripada Allah SWT. Anak dipandang sebagai penyambung zuriat. Kelakuan sang anak yang bernada jenaka akan menjadi pelipur hati sedangkan perangainya yang menjunjung akhlak mulia akan menjadi penyejuk pandangan mata. Sebab itu kelahiran anak amatlah diperhatikan. Ketika ibunya sedang mengandung banyak kebaikan yang dianjurkan serta beberapa larangan yang harus dihindarkan. Ini semuanya, agar anak yang lahir kelak, merupakan anak yang sehat rohani dan jasmani. Dan lebih dari itu anak yang tahu berbakti kepada ibu-bapa, taat menjalankan agama islam sehingga menjadi anak yang saleh, yang akan selalu mendoakan kebajikan bagi ibu-bapanya, terlepas dari azab kubur dan siksa pada hari kiamat.
1. Tradisi Kelahiran
Kelahiran seorang anak telah dipandang oleh orang Melayu sebagai suatu berkah daripada Allah SWT. Anak dipandang sebagai penyambung zuriat. Kelakuan sang anak yang bernada jenaka akan menjadi pelipur hati sedangkan perangainya yang menjunjung akhlak mulia akan menjadi penyejuk pandangan mata. Sebab itu kelahiran anak amatlah diperhatikan. Ketika ibunya sedang mengandung banyak kebaikan yang dianjurkan serta beberapa larangan yang harus dihindarkan. Ini semuanya, agar anak yang lahir kelak, merupakan anak yang sehat rohani dan jasmani. Dan lebih dari itu anak yang tahu berbakti kepada ibu-bapa, taat menjalankan agama islam sehingga menjadi anak yang saleh, yang akan selalu mendoakan kebajikan bagi ibu-bapanya, terlepas dari azab kubur dan siksa pada hari kiamat.
Ibu yang hamil berpantang mencela orang, sebab celaan itu dipercaya dapat pula menimpa anak yang akan dilahirkannya. Dia harus tetap taat beribadah, menjga tingkah laku dan perangainya, termasuk apa-apa yang dimakannya. Jika mengidam, maka idamannya diusahakan dapat dipenuhi oleh suaminya atau kerabatnya. Mengidam dipandang bukan hanya sebatas keinginan ibu yang sedang mengandung, tetapi terlebih-lebih sebagai kiasan terhadap keinginan anak yang dikandungnmya. Sebab itu keinginan itu sedapat mungkin dipenuhi agar perasaan menjadi lega, sehingga jalan kehidupan menjadi lapang.
Manusia dipandang oleh orang Melayu berasal dari ciptaan Allah dan akan kembali kepada-Nya. Karena itu, begitu anak manusia lahir maka hendaklah segera diperkenalkan Tuhan itu kepadanya. Setelah anak itu selamat dilahirkan, lalu baringkan di tempat tidur. Kemudian bisikkanlah suara azan pada telinga kanan dan suara iqamah pada telinga sebelah kiri. Bacaan itu member kias, bahwa anak yang lahir telah memulai pendengarannya dengan pendengaran yang baik yaitu nama Allah dan panggilan menunaikan ibadah sembahyang, sebagai syariat yang utama dalam agama islam.
Upacara turun mandi dapat dilakukan setelah anak berumur seminggu. Anak yang baru lahir ini ada yang menyebutnya bayi, tapi juga ada yang menyebutnya upiang. Dalam upacara turun mandi ibu dan bayi dibawa ke sungai atau perigi. Di situ ibu dan bayi dimandikan oleh bidan. Ada berbagai bahan dari peralatan yang dipakai bidan dalam upacara itu. Diantarnya ada juga yang memandikan ayam setelah ibu dan bayi dimandikan. Ada pula yang menghanyutkan patung, memasukkan lading ke dalam air, menanam keladi pada tepian dsb.
Upacara turun mandi di tepian kira-kira berlangsung satu jam. Setelah itu anak diambil oleh bidan, lalu kembali ke rumah bersama dengan ibunya. Di rumah anak ditidurkan di atas buaian. Sementara itu dihidangkan minuman dan makanan kepada hadirin, sebagai tanda suka cita. Dalam hidangan ini sering dihidangkan ketupat. Sesuai minum-makan itu dibacakan doa sebagai tanda bersyukur kepada Allah serta untuk mendapatkan keselamatan selanjutnya.
2. Tradisi Nikah-Kawin
Nikah-kawin terjadi tentu saja berawal dari sentuhan pandang memandang. Dalam hal ini besar kemungkinan bermula dari sentuhan pandangan antar lelaki (anak bujang) dengan perempuan (anak gadis). Tapi juga bisa terjadi dari pandangan ibu-bapa atau kaum kerabat yang berminat untuk mencarikan jodoh anaknya. Bila seorang anak bujang memberitahukan gadis pujaannya kepada ibu-bapanya maupun kaum kerabat memandang ada seorang anak gadis yang patut menjadi jodoh anaknya, maka pihak keluarga lelaki mulailah melakukan semacam kegiatan yang bernama merisik.
Nikah-kawin terjadi tentu saja berawal dari sentuhan pandang memandang. Dalam hal ini besar kemungkinan bermula dari sentuhan pandangan antar lelaki (anak bujang) dengan perempuan (anak gadis). Tapi juga bisa terjadi dari pandangan ibu-bapa atau kaum kerabat yang berminat untuk mencarikan jodoh anaknya. Bila seorang anak bujang memberitahukan gadis pujaannya kepada ibu-bapanya maupun kaum kerabat memandang ada seorang anak gadis yang patut menjadi jodoh anaknya, maka pihak keluarga lelaki mulailah melakukan semacam kegiatan yang bernama merisik.
- Merisik
Salah satu keluarga atau seseorang diutus oleh pihak calon pengantin pria untuk meneliti atau mencari informasi mengenai salah satu keluarga keluarga lain yang mempunyai anak gadis. Tugas yang diamatkan adalah untuk mengetahui apakah anak gadis tersebut dapat dilamar, atau belum mempunyai ikatan dengan orang lain. Selain itu, utusan akan melakukan pembicaraan tentang kemungkinan pihak pria untuk melamar. Utusan tersebut tentunya menanyakan berapa mas kawin/mahar dan persyaratan apa saja yang diminta oleh keluarga wanita.
- Meminang
Meminang dalam istilah Melayu sama dengan melamar. Acara ini diselenggarakan pada hari yang telah disepakati bersama, setelah melalui penentuan hari baik menurut perhitungan adat serta orangtua. Pihak keluarga calon pengantin pria yang dipimpin oleh keluarga terdekat akan melaksanakan lamaran secara resmi kepada keluarga calon pengantin wanita. Biasanya acara meminang ini diungkapkan dengan berbalas pantun. Secara tradisi, pihak keluarga pria membawa sejumlah tepak sirih-paling sedikit 5 buah; terdiri dari tepak pembuka kata, tepak merisik, tepak meminang, tepak ikat janji, tepak bertukar tanda dan beberapa tepak pengiring.
- Berinai
Biasanya berlangsung pada suatu hari atau satu malam sebelum acara akad nikah. Melalui serangkaian adat, calon pengantin wanita didudukan di atas pelaminan. Rangkaian acara ber-inai diawali dengan acara tersendiri yakni khatam Al-Qur'an yang dilaksanakan oleh keluarga-keluarga terdekat. Selanjutnya, calon pengantin wanita akan melaksanakan upacara di-Tepung Tawari. Ritual Tepuk Tepung Tawar adalah suatu upacara adat budaya Melayu peninggalan para raja terdahulu. Pemberian "tepung tawar" kepada calon mempelai biasanya diiringi dengan doa dan harapan dipimpin oleh yang dituakan; dilakukan oleh orangtua, sesepuh dan tokoh-tokoh adat yang dihormati. Selanjutnya, calon pengantin wanita akan diberi daun inai yang telah ditumbuk halus pada kuku-kuku jari tangan dan kakinya. Malam ber-inai lazim dimeriahkan dengan iringan bunyi-bunyian seperti gendang dan nyanyian lagu-lagu Melayu lama, ataupun diadakan tari gambus.
- Berandam
Upacara berandam lazim dilakukan setelah malam berinai yaitu keesokan harinya. Tujuannya untuk menghapuskan/membersihkan sang calon pengantin dari "kotoran" dunia sehingga hatinya menjadi putih dan suci. Berandam pada hakikatnya adalah melakukan pencukuran bulu roma pada wajah dan tengkuk calon pengantin wanita sekaligus juga membersihkan mukanya.
- Menikah ( Akad Nikah )
Pada hari yang telah ditentukan, calon mempelai pria diantar oleh rombongan keluarga menuju ke tempat kediaman calon pengantin wanita. Biasanya calon mempelai pria berpakaian haji (memakai topi haji dan jubah). Kedatangan keluarga mempelai pria sambil membawa mahar atau mas kawin, tepak sirih adat, barang hantaran atau seserahan yang telah disepakati sebelumnya. Selain itu, juga menyertakan barang-barang pengiring lainnya seperti kue-kue dan buah-buahan. Prosesi berikutnya adalah pelaksanaan akad nikah.
- Bersanding
Upacara ini dilaksanakan setelah resmi akad nikah. Prosesi bersanding merupakan acara resmi bagi kedua pengantin akan duduk di atas pelaminan yang sudah dipersiapkan. Terlebih dahulu pengantin wanita didudukan di atas pelaminan, dan menunggu kedatangan pengantin pria. Kehadiran pengantin pria diarak dengan upacara penyambutan dan berbalas pantun. Rangkaian prosesi bersanding yakni acara penyambutan pengantin pria, Hampang Pintu, Hampang Kipas, dan Tepung Tawar. Kehadiran pengantin pria beserta rombongan pengiring dalam jumlah cukup banyak, terdiri dari :
- Barisan Pulut Kuning beserta hulubalang pemegang tombak kuning.
- Wanita (Ibu) pembawa Tepak Sirih.
- Wanita (Ibu) pembawa beras kuning (Penabur).
- Pengantin pria berpakaian lengkap
- Dua orang pendamping mempelai pria, mengenakan pakaian adat Teluk Belanga.
- Barisan Pulut Kuning beserta hulubalang pemegang tombak kuning.
- Wanita (Ibu) pembawa Tepak Sirih.
- Wanita (Ibu) pembawa beras kuning (Penabur).
- Pengantin pria berpakaian lengkap
- Dua orang pendamping mempelai pria, mengenakan pakaian adat Teluk Belanga.
- Pemegang payung kuning.
- Orang tua mempelai pria.
- Saudara-saudara kandung pengantin pria.
- Kerabat atau sanak famili Kedatangan rombongan disambut pencak silat dan Tarian Penyambutan.
Di pintu gerbang kediaman mempelai wanita, dilaksanakan ritual saling tukar Tepak Sirih dari kedua pihak keluarga mempelai, sambil berbalas menaburkan beras kuning. Selanjutnya, dilakukan acara "Hempang Pintu" (berbalas pantun) oleh kedua juru bicara pengantin. Saat itu, pihak keluarga mempelai perempuan telah menghempang kain sebagai "penghalang" di depan pintu tempat upacara. selendang baru akan dibuka setelah pihak mempelai pria terlebih dulu menyerahkan Uncang (kantong pindit) kepada pihak pengantin wanita. Ritual ini disebut sebagai „Hempang Pintu‟. sesampainya di depan pelaminan, pihak mempelai pria kembali dihadang oleh pihak mempelai wanita. selanjutnu dilaksanakan berbalas pantun, yang intinya pihak pria meminta ijin bersanding dipelaminan bersama pengantin wanita. Setelah menyerahkan uncang (kanong pindit) berisi uang, maka kain penghalang dibuka, dan mempelai pria siap bersanding di pelaminan. Kedua mempelai duduk di pelaminan, selanjutnya dilaksanakan upacara Tepung Tawar.
- Tepuk Tepung Tawar
Ritual adat ini merupakan ungkapan rasa syukur dan pemberian doa harapan kepada kedua mempelai, yang dilakukan oleh para sesepuh keluarga dan tokoh adat. Dengan cara menepukan daun-daunan (antara lain daun setawar, sedingin, ganda rusa, sirih, hati-hati, sijuang, dan setetusnya) yang diikat jadi satu dan telah dicelup ke air harum serta beras kunyit sangrai, lalu ditepukan kepada kedua mempelai. Kelengkapan pnabur ini biasanya menggunakan bahan seperti beras basuh, beras putih, beras kunyit, ataupun beras kuning serta bunga rampai. Kesemua bahan ini digunakan tentunya mengandung makna mulia. Sesuai tradisi, sesepuh seusai melakukan tepuk tepung tawar akan mendapatkan bingkisan berupa "bunga telur" yakni berupa bunga yang dibuat dari kertas diikatkan pada sebatang lidi yang telah disertai telur diikat benang merah, sebagai ungkapan terimakasih dari pihak pengantin. Namun sesuai perkembangan zaman, ungkapan terimakasih atau souvenir tersebut kini diubah bentuk maupun jenisnya, disesuaikan dengan kemajuan zaman maupun kondisi kelurga mempelai.
- Makan Nasi Hadap - hadapan
Upacara ini dilakukan di depan pelaminan. Hidangan yang disajikan untuk upacara ini dibuat dalam kemasan seindah mungkin. Yang boleh menyantap hidangan ini selain kedua mempelai adalah keluarga terdekat dan orang-orang yang dihormati.
- Memberi hormat pada Mertua
Upacara ini dilakukan apabila di siang harinya kedua mempelai telah disandingkan di pelaminan, maka pada malam harinya dilanjutkan dengan acara memberi hormat pada mertua. Pengantin laki-laki dan wanita dengan diiringi oleh rombongan kerabat pengantin wanita berkunjung ke rumah orangtua pengantin laki-laki dengan membawa beraneka hidangan tertentu.
- Berdimbar ( Mandi Taman )
Seusai acara bersanding, keesokan harinya diadakan acara Mandi Berdimbar. Biasanya dilaksanakan pada sore atau malam hari. Mandi Berdimbar ini dilaksanakan di depan halaman rumah yang dipercantik dengan hiasan-hiasan dekoratif khas Melayu. Ritual "memandikan" kedua mempelai ini cukup meriah, karena juga disertai acara saling menyemburkan air. Undangan yang hadir pun bisa ikut basah, karena seusai menyirami pengantin kemudian para undangan biasanya juga akan saling menyiram. Ritual tersebut kini sudah mulai jarang dilakukan.
3. Tradisi Kematian
Sesuai dengan ajaran islam maka orang Melayu memandang kematian sebagai perjalanan menuju hadirat ilahi. Dalam pandangan orang Melayu, sering dibentangkan dalam berbagai karya sastra Melayu, akhirat adalah masa depan yang hakiki. Tanda kematian di perkampungan Melayu ada yang membunyikan tabuh, ada pula naskus (ketuk kayu) bahkan juga dipakai gong. Mayat diselenggarakan sesuai ajaran islam, mula-mula dimandikan, kemudian dikafani lalu disembahyangkan. jika semua telah rampung, maka mayat dipersiapkan untuk berangkat menuju kubur.
4. Tradisi Pakaian Melayu
Tradisi Pakaian Melayu Ungkapan adat Melayu mengatakan : “adat memakai pada yang sesuai, adat duduk pada yang elok, adat berdiri tahukan diri”. Ungkapan ini mengandung makna yang dalam, yang intinya memberi petunjuk, bahwa setiap orang di tuntut untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya, berperilaku menurut alur dan tempatnya.
Di dalam hal ini berpakaian hendaknya mengacu kepada asas “sesuai” yakni sesuai pakaiannya, sesuai yang memakainya, sesuai cara memakainya, sesuai tempat memakainya, sesuai pula menurut ketentuan adat yang diberlakukan dalam hal ini ihwal berpakaian.
Merujuk kepada ungkapan di atas menyebabkan orng-orang Melayu selalu memilih pakaian yang sesuai dengan diri dan kedudukannya, berusaha memakai pakaian dengan baik dan benar, dan berusaha agar tidak melanggar segala “pantang larang” dalam berpakaian dan berusaha pula untuk menunjukkan perilaku terpuji dalam kehidupan sehari-harinya.
Umumnya pakaian Melayu terdiri dari dua jenis : “Pakaian Harian” dan “Pakaian Adat”. Pakaian Harian ialah pakaian yang lazim dipakai sehari-hari (dalam kehidupan orang Melayu masa silam) atau pakaian yang tidak dipakai di dalam upacara adat dan tradisi. Kelengkapan “Pakaian Harian” ialah : baju seluar (celana), kopiah dan kain “kain samping” atau “sesampin” atau “kain samping” atau kain sarung biasa.
- Jenis dan Bentuk Pakaian Melayu
Dalam budaya Melayu terdapat tiga jenis pakaian untuk kaum lelaki. Berikut ini ketiga jenis pakaian itu.
a. Baju Gunting Cina
“Baju gunting Cina” merupakan pakaian lelaki untuk dikenakan sehari-hari, bersifat santai, atau pakaian biasa. Biasanya dipakai di rumah dan boleh dikenakan untuk menerima tamu sehari-hari di rumah. Pakaian ini pun boleh dipakai waktu bertamu ke rumah kerabat terdekat, juga dapat dikenakan untuk pertemuan yang tak resmi. Biasanya baju ini juga dilengkapi dengan celana dan songkok.
a. Baju Gunting Cina
“Baju gunting Cina” merupakan pakaian lelaki untuk dikenakan sehari-hari, bersifat santai, atau pakaian biasa. Biasanya dipakai di rumah dan boleh dikenakan untuk menerima tamu sehari-hari di rumah. Pakaian ini pun boleh dipakai waktu bertamu ke rumah kerabat terdekat, juga dapat dikenakan untuk pertemuan yang tak resmi. Biasanya baju ini juga dilengkapi dengan celana dan songkok.
b. Baju Cekak Musang
“Baju cekak musang” terdiri atas baju, celana, kain, dan songkok atau tanjak. Bentuk baju hampir sama dengan “baju teluk belanga”, tetapi leher tak berkerah dan berkancing hanya sebuah serta bagian depan dari leher baju berbelah ke bawah sepanjang lebih kurang lima jari supaya mudah dimasukkan dari atas melalui kepala, berlengan lebar, serta berkocek sebuah di bagian atas kiri dan dua buah di bagian bawah kiri dan kanan.
“Baju cekak musang” terdiri atas baju, celana, kain, dan songkok atau tanjak. Bentuk baju hampir sama dengan “baju teluk belanga”, tetapi leher tak berkerah dan berkancing hanya sebuah serta bagian depan dari leher baju berbelah ke bawah sepanjang lebih kurang lima jari supaya mudah dimasukkan dari atas melalui kepala, berlengan lebar, serta berkocek sebuah di bagian atas kiri dan dua buah di bagian bawah kiri dan kanan.
c. Baju Teluk Belanga
Baju teluk belanga terdiri atas baju, kain sampan, dan penutup kepala. Bentuk baju ialah leher berkerah dan berkancing (kancing tap (tep), kancing emas atau permata, dan lain-lain bergantung kepada tingkat sosial dan kemampuan pemakai).
Jumlah kancing yang lazim empat buah yang melambangkan „sahabat Nabi Muhammad saw.‟ atau lima buah yang melambangkan „rukun Islam.‟
Berikut ini adalah jenis pakaian melayu buat kaum perempuan, yaitu :
a. Baju Kurung
Kelengkapan baju kurung terdiri atas kain, baju, dan selendang. Panjang atau kedalaman baju agak di atas lutut. Ada juga baju kurung untuk sehari-hari di rumah yang kedalamannya sepinggang atau sedikit di bawah pinggang. Bentuk baju berlengan panjang dan ukuran badan longgar, tak boleh ketat (tak boleh menampakkan lekuk-lekuk tubuh pemakai). Bahannya bervariasi: polos, berbunga-bunga, dan sebagainya, tetapi tak boleh tembus pandang.
Jumlah kancing yang lazim empat buah yang melambangkan „sahabat Nabi Muhammad saw.‟ atau lima buah yang melambangkan „rukun Islam.‟
Berikut ini adalah jenis pakaian melayu buat kaum perempuan, yaitu :
a. Baju Kurung
Kelengkapan baju kurung terdiri atas kain, baju, dan selendang. Panjang atau kedalaman baju agak di atas lutut. Ada juga baju kurung untuk sehari-hari di rumah yang kedalamannya sepinggang atau sedikit di bawah pinggang. Bentuk baju berlengan panjang dan ukuran badan longgar, tak boleh ketat (tak boleh menampakkan lekuk-lekuk tubuh pemakai). Bahannya bervariasi: polos, berbunga-bunga, dan sebagainya, tetapi tak boleh tembus pandang.
b. Baju Kebaya Labuh
Baju kebaya labuh, kebaya panjang, belah labuh, atau belah dada terdiri atas baju, kain, dan selendang. Panjang lengan baju kira-kira dua jari dari pergelang an tangan sehingga gelang yang dikenakan kaum perempuan kelihatan. Lebar lengan baju kira-kira tiga jari dari permukaan lengan. Kedalaman baju bervariasi dari sampai batas betis atau sedikit keatas. Bentuk baju agak longgar, tetapi tak boleh diraut (dikecilkan) di bagian yang dapat menunjukkan ukuran dan bentuk pinggang serta gaya pinggul.
terima kasih. sedikit sebanyak dapat membantu saya dalam membuat esaimen
ReplyDeleteTerimakasih
ReplyDeleteBacot
ReplyDeletetidak bagus
ReplyDeleteThank you
ReplyDelete