Thursday, 3 May 2012

Pantun Melayu

Wahai adinda peliharalah amanah
Tunjuk ajarnya engkau telaah  
Ambil oleh mu mana yang berfaedah
Supaya hidupmu tidak menyalah
 
Hikayat berbilang di negeri junjungan
Jadi menjalin zaman berzaman
Mari mantapkan dunia pendidikan
Semoga Riau memperoleh kemajuan
 
Besarlah buah kelopak gading
Dikenal tandan beri bertali
Besarlah tua duduk bersanding
Mufakat dapat kerja menjadi
 
Apa tanda hidup beriman
Mufakat dulu sebelum berjalan
Putus kata usai berunding
Disitu janji kita tegakkan
 
Apa tanda melayu bertuah
Duduk tegaknya bermusyawarah
Apa tanda melayu beradat
Hidup didalam musyawarah mufakat.
 
Putri raja berkerudung kelingkan
Sungguh indah dan menyenangkan
Anugerah  baiduri telah diberikan
Karya-karya besar selalu kita nantikan
 
Tuanku tambusai harimau Rokan
Gurindam 12 raja alihaji
Mari beriring kita berjalan
Menuju negeri yang diimpikan
 
Jembatan Siak Tinggi menjulang
Jadi Penghubung Sungai Siak Jantan
Mana yang baik bawalah pulang
Yang kurang baik mohon ditinggalkan
 
Dibawa orang ke Tanjung Jati
Budimu tuan saya terima
Sudah terlekat di dalam hati
Terpahat kukuh hingga ke mati
 
Adat menyuluh sarang lebah
Kalau berisi tidak bersambang
Adat penuh tidak melimpah
Kalau berisi tidaklah kurang
 
Padat tembaga jangan dituang
Kalau dituang melepuh jari
Adat lembaga jangan dibuang
Kalau dibuang binasa negeri
 
Lebat kayu pantang ditebang
Sudah berbuah lalu berdaun
Adat Melayu pantang dibuang
Sudah pusaka turun-temurun
 
Patah lancang kita sadaikan
Supaya sampan tidak melintang
Petuah orang kita sampaikan
Supaya badan tidak berhutang
 
Burung punai memakan saga
Saga merah besar batangnya
Rukun dan damai di rumah tangga
Amal ibadat jadi tiangnya
 
Encik Mamat membelah bambu
Bambu berjalin rotan saga
Baiklah hormat kepada ibu
Supaya terjamin masuk surga
 
Kalau ada selasih dulang
Kami menumpang ke Jawa saja
Buah hati kekasih orang
Kami menumpang ketawa saja
 
Hilang kemana bintang kartika
Tidak nampak di awan lagi
Hilang kemana adik seketika
Tidak nampak berjalan lagi
 
Pisang serendah masaknya hijau
Ditunggu layu tak mau layu
Tinggi rendah mata meninjau
Ditunggu lalu tak mau lalu
 
Elok-elok menunggang kuda
Tebing bertarah tanahnya licin
Elok-elok berbini muda
Nasi hangus gulainya masin
 
Gunting Cina ada pasaknya
Gunting Siantan apa besinya
Bunting betina ada anaknya
Bunting jantan apa isinya
 
Pulang mengail membawa sepat
Sepat dijual orang Melaka
Makan di laut muntah di darat
Kalau tahu cobalah terka
 
Sayang Serawak sungailah sempit
Buah rengas lambung-lambungan
Hendak dibawa perahuku sempit
Tinggal emas tinggallah junjungan
 
Kalau meletus Gunung Sibayak
Alamat Medan menjadi abu
Angin berhembus layarku koyak
Pulau yang mana hendak dituju
 
Lumba-lumba main gelombang
Riaknya sampai ke Indragiri
Coba-coba menanam mumbang
Kalau tumbuh tuah negeri
 
Rumpun buluh dibuat pagar
Cucuk cempedak dengan lidi
Dengan pantun saya belajar
Saya budak belum mengerti
 
Wau lah wau bulan
Wau bulan teraju tiga
Mari adik marilah kawan
Kita cuba beradu laga
 
Minta daun diberi daun
Dalam daun buah kelapa
Minta pantun dibalas pantun
Dalam pantun ada bicara
 
Orang masak pakai kuali
Membawa pelita semuanya
Berbisik si pekak dengan si tuli
Tertawa si buta melihatnya
 
Tali pandan kembar empat
Dicincang jadi berderai-derai
Berkelahi ketan dengan ketupat
Pisang goreng datang melerai
 
Tampak musang lari berlari
Mengejar ayam beriring-iring
Pisang goreng tegak menari
Tersenyum melihat ketan di piring
  
Cina gemuk membuka kedai
Menjual ember dengan pasu
Bertepuk tangan adikku pandai
Boleh diupah air susu
 
Ambil segulung rotan saga
Sudah diambil mari diurut
Duduk termenung harimau tua
Melihat kambing mencabut janggut
 
Gemuruh tabuh bukan kepalang
Diasah lembing berkilat-kilat
Gemetar tubuh harimau belang
Nampak kambing pandai bersilat
 
Elok rupa pohon belimbing
Tumbuh dekat limau lungga
Elok berbini orang sumbing
Walau marah ketawa juga
 
Hendak berlayar ke Pulau Pangkor
Berjumpa perahu di biduknya
Jika tidak misai dicukur
Lubang hidung dirodoknya
 
Tudung saji hanyut terapung
Disulam cantik dengan benang
Hajat hati nak pulang kampung
Sayang sekali tak pandai berenang
 
Sirih kasih di pucuk pauh
Kuntum melati sukar digubah
Jika sekarang bercerai jauh
Di dalam hati janganlah berubah
 
Pulau Tinggi terandak Cina
Tampak dari Pasir Seribu
Abang pergi janganlah lama
Tidak kuasa menanggung rindu
 
Asam pauh dari seberang
Tumbuhnya dekat tepi tebat
Badan jauh di rantau orang
Sakit siapa yang akan mengobat
 
Pucuk pauh selara pauh
Sembilu ledung-ledungkan
Adik jauh kakanda pun jauh
Kalau rindu sama menungkan
 
Di pucuk nangka tersangkut layang-layang
Pucuk pauh selasih Jambi
Bagaimana tidak dikenang-kenang
Pucuk dicinta kekasih hati
 
Di kiri jalan di kanan pun jalan
Tengah-tengah pohon mengkudu
Dikirim jangan dipesan pun jangan
Sama-sama menanggung rindu
 
Hendak gugur, gugurlah nangka
Jangan menimpa ranting pauh
Hendak tidur, tidurlah mata
Jangan mengenang orang yang jauh
 
Ayam sabung jangan dipaut
Jika ditambat kalah laganya
Asam di gunung ikan di laut
Dalam belanga bertemu juga
 
Buah kurma berlambak-lambak
Dimakan orang pagi dan petang
Bagai kerja menolak ombak
Makin ditolak semakin datang
 
Anak Madras menggetah punai
Punai terbang mengirap bulu
Betapa dera arus di sungai
Ditolak pasang balik ke hulu
 
Kayu tempinis dari kuala
Dibawa orang pergi ke Melaka
Betapa manis rasanya nira
Disimpan lama menjadi cuka
 
Satu dua tiga enam
Satu enam jadi tujuh
Buah delima yang ditanam
Buah berangan hanya tumbuh
 
Anak Batak mudik bergalah
Diketip nyamuk habis lebam
Bukan retak mencari belah
Sukat dihempas remuk redam
 
Jika masak pisang setandan
Mari simpan dalam kereta
Jika ada tuah di badan
Kaca dipegang jadi permata
 
Tanam padi di sawah bendang
Menanti masuk bilangan tahun
Jika pandai menjadi orang
Rezeki secupak makan setahun
 
Orang Daik balik ke Daik
Langsung menghadap si Raja Muda
Kalau tak dapat tukang yang baik
Emas sembilan menjadi tembaga
 
Kalau pergi tuan ke ladang
Banyak tupai di atas pokok
Kalau hari memang lah siang
Tidak menanti ayam berkokok
 
Cik Mahayu memakai subang
Subang bertatah permata intan
Kalau nak tahu menjinakkan kumbang
Taburkan bunga di tengah halaman
 
Batang betik di tepi pagar
Buah rambutan merah berseri
Orang baik tak payah diajar
Bagaikan duri tajam sendiri
 
Orang Batak bermain pedang
Sedikit tak gentar, sedikit tak gerun
Saya umpama katak di padang
Penat berkotor hujan tak turun
 
Pandai berenang ikan siakap
Berenang bermain dalam perigi
Sirih pinang sirih kerakap
Boleh dibuat penawar jampi
 
Laksamana pergi memikat
Dapat seekor anak balam
Sungguh kecil sampan pukat
Berani berlayar lautan dalam
 
Buah durian dari hulu
Pokoknya banyak di kebun Cik Amin
Tak tahukah tuan semenjak dahulu
Dalam gula racun bermain
 
Disangka nenas di tengah padang
Rupanya urat jawi-jawi
Disangka panas hingga petang
Rupanya hujan di tengah hari
 
Apa guna berkain batik
Kalau tidak dengan sujinya
Apa guna beristeri cantik
Kalau tidak dengan budinya
 
Jauh sungguh pergi mandi
Maksud hati hendak bertapa
Berat sungguh menanggung budi
Seribu tahun memang tak lupa
 
Anak beruk di tepi pantai
Pandai melompat pandai berlari
Biar buruk kain dipakai
Asal hidup pandai berbudi
 
Bila memandang ke muka laut
Nampaklah sampan mudik ke hulu
Bila terkenang mulut menyebut
Budi yang baik ingat selalu
 
Baju bercorak tiada berpita
Pakaian anak Panglima Garang
Emas dan perak pengaruh dunia
Budi yang baik dijunjung orang
 
Anak angsa mati lemas
Mati lemas di air asin
Hilang mahasa karena emas
Hilang budi karena miskin
 
Sedap sungguh buah nenas
Buat makan buka puasa
Jangan dipandang perak dan emas
Tapis dahulu budi bahasa
 
Kapal berlayar dari Asahan
Ambil parang dari kemudi
Mati ikan karena umpan
Mati orang karena budi
 
Payah kami bertanam padi
Nenas jugalah ditanam orang
Payah kami menabur budi
Emas juga yang dipandang orang
 
Semenjak kentang dijadi gulai
Ubi tidak bersama lagi
Semenjak uang jadi pemakai
Budi jarang berguna lagi
 
Yang kurik hanya kundi
Yang marah hanya saga
Yang baik hanya budi
Yang indah hanya bahasa
 
Biarlah orang bertanam buluh
Kita bertanam padi juga
Biarlah orang bertanam musuh
Kita bertanam budi juga
 
Baik-baik makan keladi
Keladi itu ada miangnya
Baik-baik termakan budi
Budi itu ada hutangnya
 
Kalau makan keladi muyang
Jangan lupa pada bungkalnya
Kalau termakan budi orang
Jangan lupa pada asalnya
 
Apalah tanda batang keladi
Batang keladi di tanah isinya
Apalah tanda orang berbudi
Orang berbudi rendah hatinya
 
Sungguh indah bunga melati
Warna putih harum mewangi
Terasa indah tentram di hati
Meraih Prestasi Harumkan Negeri
 
Hidup mulia bukan emas dan permata
Hidup mulia dengan jujur dalam berkata
Mari selamatkan generasi bangsa
Generasi yang bebas dari Narkoba
 
Jalan-jalan ke Taluk Kuantan
Melihat budaya Pacu Jalur
Penegakan supermasi Hukum Kita Laksanakan
Semoga Riau semakin makmur
 
Anak negeri mari berkarya
Laki-laki Perempuan janganlah dibeda
Mari bersatu majukan bangsa
Wujudkan masyarakat yang sejahtera
 
Lancang kuning negerinya Riau
Alamnya indah rakyatnya ramah
Jika pariwisata Riau maju dan mengkilau
Rejeki pun turun melimpah ruah
 
Siapa tahu mensyukuri nikmat
Dunia akhirat beroleh rahmat
Siapa tahu mensyukuri nikmat
Hidup matinya takkan melarat
 
Sungguh banyak jajaran pulau
Pulau Bintan tanahnya merah
Bahasa indonesia berasal dari Melayu Riau
Janganlah kita melupakan sejarah
 
Naik rakit dengan panglima
Hendak berburu kehutan bakau
Marilah bangkit bersama-sama
Untuk memajukan Provinsi Riau
 
Elok jati karena dipahat
Molek nian dijadikan pintu
Elok negeri karena sepakat
Pemimpin bekerja bahu membahu
 
Kayu cendana dijadikan pintu
Cantik terlihat dipandang mata
Kita bekerja bahu membahu
Jadikan rakyat hidup sejahtera
 
Asam paya dalam belanga
Dimakan putri diwaktu senja
Apa tanda negeri yang jaya
Adat budaya jadi objek wisata
 
Asam paya dalam belanga
Dimakan putri diwaktu senja
Kalau ingin Riau berjaya
Mari kita bangun bersama-sama
 
Lancang Kuning negerinya Riau
Alamnya indah rakyatnya ramah
Jika Pariwisata Riau maju dan mengkilau
Rezekipun turun berlimpah ruah
 
Hikayat berbilang di negeri junjungan
Jadi ingatan zaman berzaman
Mari mantapkan dunia pendidikan
Semoga Riau memperoleh kemajuan
 
Iman dihati harus terus berkobar
Itu tandanya orang beriman
Dengan majlis zikir dan tabligh akbar
Sebagai bekal akhirat pembawa kebahagiaan
  
Asam paya dalam belanga
Dimakan putri diwaktu senja
Apa tanda negeri yang jaya
Adat budaya jadi objek wisata
 
Lancang Kuning negerinya Riau
Alamnya indah rakyatnya ramah
Jika pariwisata Riau maju dan mengkilau
Rezekipun turun berlimpah ruah
 
Husein Haji wukuf di Arafah
Setelah wukuf lalu melontar
Walaupun senantiasa mengagungkan Allah
Syiar Islam terus terpancar
 
Tanjung Katung airnya biru
Tempat orang bermandi ria
Duduk sekampung lagukan rindu
Apalah pula jauh di mata

No comments:

Post a Comment